Kamis, 05 November 2015

Cerpen "PRASANGKA YANG BERLEBIHAN"



PRASANGKA YANG BERLEBIHAN
Pagi yang cerah aku terbangun dari tidur lelapku, burung bernyanyi menyambut pagi itu. Seperti biasa aku menjalani kehidupanku, namaku Sinta ramlah, aku pelajar  sekolah menengah pertama, setiap hari aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, aku memiliki banyak teman, hidupku berjalan dengan baik sampai akhirnya  aku mendapatkan kabar yang aku sendiri bingung entah itu kabar baik atau kabar buruk. Aku dan keluargaku harus meninggalkan kota dimana aku dibesarkan, hatiku sedih, tapi aku harus tetap meninggalkan seluruh orang yang ku kenal di tempat aku dibesarkan  demi pekerjaan  Ayahku. Setelah mendengar kabar itu, tiba waktunya untuk kami berangkat menuju kota dimana Ayahku akan bekerja. Perjalanan menuju kota tersebut sangat membosankan, dan akhirnya kami tiba di sebuah rumah baru yang tak jauh jaraknya dengan kantor ayahku. Malam pun datang, saat aku ingin pergi tidur dalam hatiku terbesit pikiran tentang sekolah baruku, akankah sama dengan sekolahku yang dulu, akankan aku memiliki teman. Pikiran itu telah membuat mataku menjadi lelah dan akhirnya aku terlelap.
Pagi itu adalah awal yang baru bagi hidupku. Hari itu adalah hari pertamaku bersekolah. Setelah bersiap-siap, lalu aku segera berangkat menuju sekolah di antar oleh ibuku. Setibanya disana Aku duduk di kantor sekolah sambil menunggu keputusan penempatan kelasku bersamaan dengan itu ada beberapa siswa sedang berbicara dengan seorang guru. Tak lama seorang guru lain datang  menghampiriku ia berkata
 “kamu siswi baru ya, siapa namamu ?”
“Sinta Dewi” ucapku singkat.
Akupun seberitahukan bahwa ditempatkan di  kelas 7b. Guru tersebut akhirnya menyuruh seorang siswi yang berada di dekat beliau untuk mengantarkanku. “Fatimah, tolong kamu antarkan sinta menuju kelasmu !” perintahnya. Fatimah pun langsung mengantarkan aku menuju kelasnya.
Dengan wajah pucat, tangan dan kaki yang gemetar, aku pun melangkahkan kaki menuju kelas baruku. Selama perjalanan menuju kelas, mulutku terkunci rapat, bahkan aku tak sanggup untuk menatap orang yang berada di sekelilingku, perasaanku menjadi tak karuan saat sudah hampir tiba di depan kelas. Aku menarik nafas panjang setibanya di kelas. Semua orang menatapku, seakan aku ini seorang penjahat yang tak pantas berada di kelas saat itu. Aku hanya bisa menundukan kepala, serta berdoa semoga aku baik-baik saja.”itu ada bangku kosong” serunya, aku langsung mengucapkan terima kasih, dan bertanya padanya,
” siapa namamu ? namaku sinta, senang berkenalan denganmu !”.
Fatimah menjawab “namaku Fatimah, jawabnya pendek.
Sungguh dengan berat hati aku duduk di kursi deretan paling belakang, mereka menatapku, tak ada yang berani menyapaku, dan aku pun  tak memiliki keberanian untuk mendekat dan berbicara dengan mereka. Tak lama kemudian akhirnya pelajaran dimulai. Semua murid mengucapkan salam lalu dengan tertib berdoa. Bapak anang menyapa seluruh murid di kelas itu, ia melihat kearahku serya berkata,
”kamu murid pindahan ?”,
“benar pak” jawabku.
Lalu ia menyuruhku untuk memperkenalkan diriku. Dengan langkah berat aku memberanikan diri lalu berusaha memperkenalkan diriku.
“Nama saya sinta dewi, aku siswa pindahan dari SMPN 1 Makasar, senang bertemu dengan kalian”. Hanya itu yang bisa aku katakan.
 “ semoga kamu bisa beradaptasi dengan teman teman barumu, bapak berharap kamu bisa mengejar ketertinggalan pelajaran”, nasihatnya padaku. Pelajaran pun akhirnya dimulai.
Tak lama setelah kelas berakhir. Aku melihat seorang siswa (Anggie) tersenyum padaku tetapi aku tidak membalas senyumnya,Ia berkata padaku,
“Hai, siapa namamu ?, aku ingin mengenalmu”
Y65tapi aku bergegas pergi keluar dari kelas dan tak mempedulikannya. Aku takut kalau dia ingin menggodaku, lalu mengejekku. Aku berjalan menuju taman kelasku, aku berkata dalam hati,
“aku menyesal sudah mengacuhkan siswa yang tersenyum padaku tadi”
 Kulihat ada siswa lain yang sedang duduk di dekat taman kelasku. Aku memberanikan diri mendekatinya lalu berkata,
 “maaf mengganggu kamu, boleh aku bertanya sesuatu padamu ?”
Ia tersenyum dan menjawab,
 “ tentu, apa yang ingin kau tanyakan padaku ?”. aku pun kembali bertanya,
 “ dimana letak kantin ?”. sebelum ia menjawab pertanyaanku, ia pun bertanya padaku,
“siapa namamu ?”, aku menjawab,
“namaku, sinta”. Ia memperkenalkan dirinya padaku. Setelah berkenalan dengan singkat. ia bangkit dari tempat duduknya, lalu berkata
 “ mari ikut denganku, aku akan mengantarmu menuju kantin.”. kami berjalan menuju kantin. Sepanjang perjalanan menuju kantin, aku berbincang dengan hasmi, ia adalah orang yang pertama menerima kehadiranku di sekolah itu. Setiba di kantin aku membeli beberapa makanan dan minuman. Setelah itu kami kembali menuju kelas. Aku menatap ke arah meja dan ku lihat isi tasku berhamburan. Apakah ini yang akan di alami seorang siswa baru di sebuah sekolah baru. Dengan hati kecil aku membereskan barang barangku.
 “Mari aku bantu membereskan mejamu”, ucapnya dengan lembut, aku berterima kasih atas bantuannya padaku. Dengan suara yang lantang ia bicara padaku,
 “tidak  masalah, kau sudah aku anggap sebagai temanku, tak perlu sungkan”,aku tersenyum mendengar ucapnya yang singkat tapi membuat hati ini terasa bahagia. Aku berkata,
” terima kasih yah, kamu mau berteman denganku”.
Lonceng di sekolah telah berbunyi yang merupakan tanda pelajaran telah berakhir, aku melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Sambil menunggu ibuku menjemput, aku memperhatikan siswa yang lewat di hadapanku, mereka terlihat gembira, bercanda gurau sesamanya.
Aku teringat sekolah lamaku yang telaknya tak jauh dari rumah lamaku, aku hanya berjalan kaki menuju rumahku,
“seandainya rumahku deka dengan sekolah”
“aku pun tak perlu menunggu di jemput ibu”  gumamku dalam hati
Akhirnya ibuku tiba untuk menjemputku  dengan sedikit senyum aku akhirnya kembali ke rumah.
Setiba di rumah, aku langsung menuju kamar, mengganti baju, lalu menuju dapur, perutku lapar setelah semua yang aku lalui di sekolah.
“bagaimana sekolahmu hari ini ?, sudah dapat teman baru ?”, Tanya ibuku
 “teman baruku namanya hasmi. Ia sangat baik padaku”, aku mulai tertarik untuk bicara pada ibu.
 “Ibu sangat bersyukur kamu mendapatkan teman di sekolah barumu, dengan berjalannya waktu nanti kamu akan terbiasa juga.” Nasihat ibuku.
Aku hanya terdiam membisu. Aku ingin mengatakan kejadian yang menimpaku di sekolah, tapi selama itu tidak menyakiti secara fisik aku berjanji dalam hatiku tidak akan menceritakan semua itu, aku sangat tidak ingin membuat orang tuaku menjadi khawatir padaku.
Seminggu telah berlalu, aku dan hasmi semakin akrab dan kami selalu bersama di setiap saat. Saat kelas olahraga hampir di mulai.
“Hasmi, apa kamu melihat baju olahragaku ?”tanyaku dengan gugup
 “ aku  tidak melihatnya, memangnya kenapa ?”
“baju olahragaku hilang, bagaimana ini !” aku semakin panik.
“apa mungkin tertinggal di rumahmu ?”ucap hasmi, Ia mencoba menenangkanku.
“tak mungkin, aku sangat yakin kalau bajuku sudah ku simpan di dalam tasku, pasti ada seseorang yang sudah menyembunyikannya.” Jawabku dengan pasti
“jangan berprasangka buruk dulu, mari kita cari bajumu” sarannya. Kami kembali mencari-cari baju olahragaku.
Setelah lima belas menit kami mencari keseluruh ruangan, tapi tetap saja baju olahragaku tak bisa ditemukan. Sampai akhirnya ku lihat siswa (anggie) yang tersenyum padaku minggu lalu wajahnya tidak tersenyum lagi, wajahnya sangat tidak bersahabat. Aku menaruh curiga kepadanya,
“jangan jangan, ini semua adalah perbuatan anggie, karena ia kesal padaku”
Sejak kejadian  itu, aku tidak ingin melihat wajahnya. Ketika aku berpapasan dengannya, aku langsung memalingkan wajahku.
Pada suatu hari, aku mendengar seseorang sedang menangis, setelah aku ikuti ternyata arah suaranya berasal dari arah  kebun sekolah, aku terkejut melihat keadaan anggie. Aku bertanya padanya,
“apa yang terjadi padamu ?”
“ kakiku digigit ular saat aku sedang membersihkan rumput di sini” jawabnya dengan suara yang sangat pelan.
“mari aku bantu kamu  berjalanan menuju ruang UKS” seruku,
“terima kasih, aku sudah lama berada di sini tapi tak ada seorang pun yang menolongku”,ia hanya bisa menyucapkan kalimat itu, ia jatuh pingsan.Aku menggendong anggie perlahan menuju ruang UKS,
“biar aku bantu”, dengan sigap hasmi membantuku untuk mengantar anggie menuju UKS, keadaan anggie sangat kritis dan pada akhirnya anggie dibawa ke rumah sakit karena racun ular tersebut sudah menyebar di kakinya.
Seminggu berlalu setelah kejadian tersebut. Akhirnya anggie bisa di selamatkan, ia dapat kembali bersekolah seperti biasanya. Aku senang mendengar kabar bahwa dia bisa berhadir ke sekolah hari ini. Beberapa saat kemudian kulihat  anggie masuk ke dalam kelas, semua siswa langsung mendekat kepadanya seraya menanyakan bagaimana kabarnya.
Saat lonceng sekolah berbunyi, Anggie tergesa-gesa segera menghampiriku.
“maafkan atas segala kesalahanku,
“akulah yang dulu telah membongkar isi tasmu”
“dan yang menyembunyikan baju olahragamu waktu itu” anggie menjelaskan padaku tentang apa yang ia perbuat.
 “aku sudah memaafkanmu”
 “kita adalah teman”, jawabku
Dengan lirih ia berkata, “terima kasih kau telah menolongku”
“aku membantumu karena itu adalah kewajibanku untuk membantu teman sekelasku, maafkan kesalahanku juga”, ucapku
Aku mencoba menyelesaikan permasalahan ini dengan meminta maaf,
“maafkan aku yang waktu itu tidak membalas senyumanmu, aku tak bermaksud sombong padamu, aku hanya merasa asing denganmu”
“aku sangat malu dengan perlakuanku padamu, maukah kamu menjadi temanku ?”
“tentu, dengan senang hati” jawabku.
Hari-hari terus berlalu, aku akhirnya memiliki dua orang sahabat baik yaitu Hasmi dan Anggie. Kami menghabiskan waktu bersama dan tanpa aku sadari aku sudah terbiasa dengan lingkungan di sekolahku. Semula aku terlalu takut menghadapi orang yang baru aku kenal. Aku menganggap mereka semua tidak ingin menerimaku padahal akulah yang seharusnya membuka diriku sejak awal kepada mereka, sehingga mereka mau berteman denganku. Mungkin terlalu berprasangka buruk kepada orang lain itu bukan sikap yang baik, aku menyadari perbuatanku. Dan sekarang aku sudah menyesali segala perbuatanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar