PRASANGKA
YANG BERLEBIHAN
Pagi
yang cerah aku terbangun dari tidur lelapku, burung bernyanyi menyambut pagi
itu. Seperti biasa aku menjalani kehidupanku, namaku Sinta ramlah,
aku pelajar sekolah menengah pertama,
setiap hari aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, aku memiliki banyak
teman, hidupku berjalan dengan baik sampai akhirnya aku mendapatkan kabar yang aku sendiri bingung
entah itu kabar baik atau kabar buruk. Aku dan keluargaku harus meninggalkan
kota dimana aku dibesarkan, hatiku sedih, tapi aku harus tetap meninggalkan
seluruh orang yang ku kenal di tempat aku dibesarkan demi pekerjaan Ayahku. Setelah mendengar kabar itu, tiba
waktunya untuk kami berangkat menuju kota dimana Ayahku akan bekerja.
Perjalanan menuju kota tersebut sangat membosankan, dan akhirnya kami tiba di
sebuah rumah baru yang tak jauh jaraknya dengan kantor ayahku. Malam pun datang,
saat aku ingin pergi tidur dalam hatiku terbesit pikiran tentang sekolah
baruku, akankah sama dengan sekolahku yang dulu, akankan aku memiliki teman.
Pikiran itu telah membuat mataku menjadi lelah dan akhirnya aku terlelap.
Pagi
itu adalah awal yang baru bagi hidupku. Hari itu adalah hari pertamaku
bersekolah. Setelah bersiap-siap, lalu aku segera berangkat menuju sekolah di
antar oleh ibuku. Setibanya disana Aku duduk di kantor sekolah sambil menunggu
keputusan penempatan kelasku bersamaan dengan itu ada beberapa siswa sedang
berbicara dengan seorang guru. Tak lama seorang guru lain datang menghampiriku ia berkata
“kamu siswi baru ya, siapa namamu ?”
“Sinta
Dewi” ucapku singkat.
Akupun
seberitahukan bahwa ditempatkan di kelas
7b. Guru tersebut akhirnya menyuruh seorang siswi yang berada di dekat beliau
untuk mengantarkanku. “Fatimah, tolong kamu antarkan sinta menuju kelasmu !”
perintahnya. Fatimah pun langsung mengantarkan aku menuju kelasnya.
Dengan
wajah pucat, tangan dan kaki yang gemetar, aku pun melangkahkan kaki menuju
kelas baruku. Selama perjalanan menuju kelas, mulutku terkunci rapat, bahkan
aku tak sanggup untuk menatap orang yang berada di sekelilingku, perasaanku
menjadi tak karuan saat sudah hampir tiba di depan kelas. Aku menarik nafas
panjang setibanya di kelas. Semua orang menatapku, seakan aku ini seorang
penjahat yang tak pantas berada di kelas saat itu. Aku hanya bisa menundukan
kepala, serta berdoa semoga aku baik-baik saja.”itu ada bangku kosong” serunya,
aku langsung mengucapkan terima kasih, dan bertanya padanya,
”
siapa namamu ? namaku sinta, senang berkenalan denganmu !”.
Fatimah
menjawab “namaku Fatimah, jawabnya pendek.
Sungguh
dengan berat hati aku duduk di kursi deretan paling belakang, mereka menatapku,
tak ada yang berani menyapaku, dan aku pun
tak memiliki keberanian untuk mendekat dan berbicara dengan mereka. Tak
lama kemudian akhirnya pelajaran dimulai. Semua murid mengucapkan salam lalu
dengan tertib berdoa. Bapak anang menyapa seluruh murid di kelas itu, ia
melihat kearahku serya berkata,
”kamu
murid pindahan ?”,
“benar
pak” jawabku.
Lalu
ia menyuruhku untuk memperkenalkan diriku. Dengan langkah berat aku
memberanikan diri lalu berusaha memperkenalkan diriku.
“Nama
saya sinta dewi, aku siswa pindahan dari SMPN 1 Makasar, senang bertemu dengan
kalian”. Hanya itu yang bisa aku katakan.
“ semoga kamu bisa beradaptasi dengan teman
teman barumu, bapak berharap kamu bisa mengejar ketertinggalan pelajaran”,
nasihatnya padaku. Pelajaran pun akhirnya dimulai.
Tak
lama setelah kelas berakhir. Aku melihat seorang siswa (Anggie) tersenyum
padaku tetapi aku tidak membalas senyumnya,Ia berkata padaku,
“Hai,
siapa namamu ?, aku ingin mengenalmu”
Y65tapi
aku bergegas pergi keluar dari kelas dan tak mempedulikannya. Aku takut kalau
dia ingin menggodaku, lalu mengejekku. Aku berjalan menuju taman kelasku, aku
berkata dalam hati,
“aku
menyesal sudah mengacuhkan siswa yang tersenyum padaku tadi”
Kulihat ada siswa lain yang sedang duduk di
dekat taman kelasku. Aku memberanikan diri mendekatinya lalu berkata,
“maaf mengganggu kamu, boleh aku bertanya
sesuatu padamu ?”
Ia
tersenyum dan menjawab,
“ tentu, apa yang ingin kau tanyakan padaku ?”.
aku pun kembali bertanya,
“ dimana letak kantin ?”. sebelum ia menjawab
pertanyaanku, ia pun bertanya padaku,
“siapa
namamu ?”, aku menjawab,
“namaku,
sinta”. Ia memperkenalkan dirinya padaku. Setelah berkenalan dengan singkat. ia
bangkit dari tempat duduknya, lalu berkata
“ mari ikut denganku, aku akan mengantarmu
menuju kantin.”. kami berjalan menuju kantin. Sepanjang perjalanan menuju
kantin, aku berbincang dengan hasmi, ia adalah orang yang pertama menerima
kehadiranku di sekolah itu. Setiba di kantin aku membeli beberapa makanan dan
minuman. Setelah itu kami kembali menuju kelas. Aku menatap ke arah meja dan ku
lihat isi tasku berhamburan. Apakah ini yang akan di alami seorang siswa baru
di sebuah sekolah baru. Dengan hati kecil aku membereskan barang barangku.
“Mari aku bantu membereskan mejamu”, ucapnya
dengan lembut, aku berterima kasih atas bantuannya padaku. Dengan suara yang
lantang ia bicara padaku,
“tidak
masalah, kau sudah aku anggap sebagai temanku, tak perlu sungkan”,aku
tersenyum mendengar ucapnya yang singkat tapi membuat hati ini terasa bahagia.
Aku berkata,
”
terima kasih yah, kamu mau berteman denganku”.
Lonceng
di sekolah telah berbunyi yang merupakan tanda pelajaran telah berakhir, aku
melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Sambil menunggu ibuku menjemput, aku
memperhatikan siswa yang lewat di hadapanku, mereka terlihat gembira, bercanda
gurau sesamanya.
Aku
teringat sekolah lamaku yang telaknya tak jauh dari rumah lamaku, aku hanya
berjalan kaki menuju rumahku,
“seandainya
rumahku deka dengan sekolah”
“aku
pun tak perlu menunggu di jemput ibu”
gumamku dalam hati
Akhirnya
ibuku tiba untuk menjemputku dengan
sedikit senyum aku akhirnya kembali ke rumah.
Setiba
di rumah, aku langsung menuju kamar, mengganti baju, lalu menuju dapur, perutku
lapar setelah semua yang aku lalui di sekolah.
“bagaimana
sekolahmu hari ini ?, sudah dapat teman baru ?”, Tanya ibuku
“teman baruku namanya hasmi. Ia sangat baik
padaku”, aku mulai tertarik untuk bicara pada ibu.
“Ibu sangat bersyukur kamu mendapatkan teman
di sekolah barumu, dengan berjalannya waktu nanti kamu akan terbiasa juga.”
Nasihat ibuku.
Aku
hanya terdiam membisu. Aku ingin mengatakan kejadian yang menimpaku di sekolah,
tapi selama itu tidak menyakiti secara fisik aku berjanji dalam hatiku tidak
akan menceritakan semua itu, aku sangat tidak ingin membuat orang tuaku menjadi
khawatir padaku.
Seminggu
telah berlalu, aku dan hasmi semakin akrab dan kami selalu bersama di setiap
saat. Saat kelas olahraga hampir di mulai.
“Hasmi,
apa kamu melihat baju olahragaku ?”tanyaku dengan gugup
“ aku
tidak melihatnya, memangnya kenapa ?”
“baju
olahragaku hilang, bagaimana ini !” aku semakin panik.
“apa
mungkin tertinggal di rumahmu ?”ucap hasmi, Ia mencoba menenangkanku.
“tak
mungkin, aku sangat yakin kalau bajuku sudah ku simpan di dalam tasku, pasti
ada seseorang yang sudah menyembunyikannya.” Jawabku dengan pasti
“jangan
berprasangka buruk dulu, mari kita cari bajumu” sarannya. Kami kembali
mencari-cari baju olahragaku.
Setelah
lima belas menit kami mencari keseluruh ruangan, tapi tetap saja baju
olahragaku tak bisa ditemukan. Sampai akhirnya ku lihat siswa (anggie) yang
tersenyum padaku minggu lalu wajahnya tidak tersenyum lagi, wajahnya sangat
tidak bersahabat. Aku menaruh curiga kepadanya,
“jangan
jangan, ini semua adalah perbuatan anggie, karena ia kesal padaku”
Sejak
kejadian itu, aku tidak ingin melihat
wajahnya. Ketika aku berpapasan dengannya, aku langsung memalingkan wajahku.
Pada
suatu hari, aku mendengar seseorang sedang menangis, setelah aku ikuti ternyata
arah suaranya berasal dari arah kebun
sekolah, aku terkejut melihat keadaan anggie. Aku bertanya padanya,
“apa
yang terjadi padamu ?”
“
kakiku digigit ular saat aku sedang membersihkan rumput di sini” jawabnya
dengan suara yang sangat pelan.
“mari
aku bantu kamu berjalanan menuju ruang
UKS” seruku,
“terima
kasih, aku sudah lama berada di sini tapi tak ada seorang pun yang menolongku”,ia
hanya bisa menyucapkan kalimat itu, ia jatuh pingsan.Aku menggendong anggie
perlahan menuju ruang UKS,
“biar
aku bantu”, dengan sigap hasmi membantuku untuk mengantar anggie menuju UKS,
keadaan anggie sangat kritis dan pada akhirnya anggie dibawa ke rumah sakit
karena racun ular tersebut sudah menyebar di kakinya.
Seminggu
berlalu setelah kejadian tersebut. Akhirnya anggie bisa di selamatkan, ia dapat
kembali bersekolah seperti biasanya. Aku senang mendengar kabar bahwa dia bisa berhadir
ke sekolah hari ini. Beberapa saat kemudian kulihat anggie masuk ke dalam kelas, semua siswa
langsung mendekat kepadanya seraya menanyakan bagaimana kabarnya.
Saat
lonceng sekolah berbunyi, Anggie tergesa-gesa segera menghampiriku.
“maafkan
atas segala kesalahanku,
“akulah
yang dulu telah membongkar isi tasmu”
“dan
yang menyembunyikan baju olahragamu waktu itu” anggie menjelaskan padaku
tentang apa yang ia perbuat.
“aku sudah memaafkanmu”
“kita adalah teman”, jawabku
Dengan
lirih ia berkata, “terima kasih kau telah menolongku”
“aku
membantumu karena itu adalah kewajibanku untuk membantu teman sekelasku,
maafkan kesalahanku juga”, ucapku
Aku
mencoba menyelesaikan permasalahan ini dengan meminta maaf,
“maafkan
aku yang waktu itu tidak membalas senyumanmu, aku tak bermaksud sombong padamu,
aku hanya merasa asing denganmu”
“aku
sangat malu dengan perlakuanku padamu, maukah kamu menjadi temanku ?”
“tentu,
dengan senang hati” jawabku.
Hari-hari
terus berlalu, aku akhirnya memiliki dua orang sahabat baik yaitu Hasmi dan Anggie.
Kami menghabiskan waktu bersama dan tanpa aku sadari aku sudah terbiasa dengan
lingkungan di sekolahku. Semula aku terlalu takut menghadapi orang yang baru
aku kenal. Aku menganggap mereka semua tidak ingin menerimaku padahal akulah
yang seharusnya membuka diriku sejak awal kepada mereka, sehingga mereka mau
berteman denganku. Mungkin terlalu berprasangka buruk kepada orang lain itu bukan
sikap yang baik, aku menyadari perbuatanku. Dan sekarang aku sudah menyesali
segala perbuatanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar