Judul : Pride and Prejudice
Penulis : Jane Austen
Penerjemah : Susilawati dan Sri Wahyuningsih
Penerbit : Shira Media
Tebal : 524 hal
Elizabeth Bennet adalah anak kedua
dari lima anak perempuan keluarga Bennet, seorang bangsawan miskin di Meryton,
England. Kekayaan Ayah Elizabeth, Mr. Bennet, nyaris sepenuhnya tergantung pada
tanah warisan senilai dua ribu setahun. Namun tanah itu menjadi hak waris
seorang saudara jauh laki-laki. Hal ini merisaukan Ibu mereka, karena jika Ayah
mereka meninggal maka Ibu dan anak itu akan kehilangan tempat tinggal dan
pendapatan.
Kakak Elizabeth, Jane, mempunyai
pribadi hangat dan cenderung menutup diri. Ia tidak pernah menampakkan perasaan
yang sesungguhnya dihadapan banyak orang. Namun Jane dan Elizabeth memiliki
sifat ceria, santun, dan berwawasan. Berbeda dengan ketiga adik mereka yang
sedikit liar, dan lebih mengutamakan kecantikan.
Ibu mereka adalah wanita dengan
pemahaman sekadarnya, berpengetahuan sempit, dan bertemperamen angin-anginan.
Ketika keinginannya tidak terpenuhi, dia akan merasa gelisah. Tujuan hidupnya
adalah menikahkan anak-anak perempuannya; kesenangannya adalah bertamu dan
bergunjing. (halaman 14). Sementara Mr. Bennet, sang Ayah, memiliki sifat acuh
tak acuh, memiliki humor sinis terutama kesukaannya mengolok-olok istrinya di
depan putri-putri mereka. Ia mencintai pedesaan dan buku. Keduanya adalah
sumber utama kesenangannya, terlebih setelah ia merasa kecewa terhadap
pernikahannya. Mrs. Bennet adalah wanita cantik yang kemudaan dan keceriaannya
menarik hati Mr. Bennet. Sayang, kebebalan dan kepicikan wanita itu
menghilangkan kasih sayang sejati di usia pernikahan mereka yang dini. Rasa
hormat, kekaguman, dan kepercayaan pun lenyap untuk selamanya, dan seluruh
pandangannya akan kebahagiaan rumah tangga pun turut melayang. (hal 260).
Suatu hari, sebuah keluarga bangsawan
kaya menyewa rumah di dekat tempat tinggal mereka. Mr. Bingley diterima baik
oleh masyarakat setempat. Sebaliknya, rekan Mr. Bingley, yaitu Mr. Darcy agak
kurang disukai oleh karena sifatnya yang angkuh dan memandang rendah kepada
keluarga Elizabeth. Pada sebuah pesta, kedekatan Jane dengan Mr. Bingley
kemudian berkembang menjadi isu bahwa mereka akan bertunangan. Sayangnya,
pertunangan itu gagal.
Kelak diketahui batalnya pertunangan
Jane dan Mr. Bingley tidak luput dari pengaruh yang dilancarkan Mr. Darcy
kepada Mr. Bingley. Mengetahui hal ini memercikkan kebencian kepada diri
Elizabeth terhadap Darcy, pria yang diam-diam ternyata menyimpan rasa cinta
untuknya. Sementara itu, Elizabeth berkenalan dengan Wickham, pemuda putra dari
pelayan Ayah Mr. Darcy yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Namun rupanya
Wickham tidak menyukai Darcy dan ia menyebarkan kabar bohong yang membuat
Elizabeth semakin tidak menyukai Darcy.
Sementara itu adik Elizabeth, Kitty
dan Lydia masih dengan kegemaran mereka mengejar prajurit-prajurit yang
ditugaskan di Meryton. Elizabeth merasa kesal atas perilaku adik-adik dan
Ibunya. Namun ia tak mampu berbuat banyak.
Adegan cerita berganti kepada
kedatangan Mr. Collins, pewaris tanah milik Ayah Elizabeth. Setelah gagal melamar
Elizabeth ia mengalihkan lamarannya kepada rekan baik Elizabeth, yaitu
Charlotte. Mereka menikah dan pindah ke Rosing Park, di daerah dekat kediaman
bibi Mr. Darcy tinggal. Elizabeth suatu waktu ke Rosing Park untuk menemui
sahabatnya, Charlotte. Di sana ia kemudian bertemu Darcy kembali. Pada saat itu
Darcy mengungkapkan perasaannya dan bermaksud melamar Elizabeth, yang ditolak
oleh Elizabeth, karena ia membenci Darcy. Sebaliknya, Elizabeth meminta
penjelasan Darcy atas gagalnya pertunangan Jane dengan Bingley serta perbuatan
jahatnya terhadap Wickham. Menurut Darcy, Jane adalah gadis yang ramah. Namun
keseluruhan sikap Jane tidak menunjukkan bahwa ia menyukai Mr. Bingley. Selain
itu, perilaku Ibu Elizabeth yang berharap Mr. Bingley menikahi anak perempuannya
demi meningkatkan status sosial keluarga itu membuat Darcy risih sehingga ia
terpaksa mempengaruhi sahabatnya untuk membatalkan niatnya melamar Jane.
Elizabeth merasa malu mendengar penjelasan Darcy. Namun ia tak menampik
kebenaran atas pengakuan Mr. Darcy megenai Ibu dan adik-adiknya. Dan mengenai
Wickham, Elizabeth tidak mau mempercayai omongan Darcy begitu saja walaupun
beberapa pengamatan membuktikan bahwa Darcy tidak berbohong.
Beberapa bulan kemudian ketika
Elizabeth bersama paman dan bibinya pergi ke Derbyshire, mereka mengunjungi
Pemberly, rumah kediaman Darcy. Elizabeth awalnya tidak menyetujui rencana itu
namun berbalik ketika mengetahui Darcy sedang berada di luar kota. Namun tak
disangka, ketika mereka keluar dari rumah, Darcy melihat kedatangan mereka.
Keduanya merasa canggung, namun sikap Darcy yang baik dan penuh perhatian
kepada paman dan bibinya menyentuh hatinya.
Bagaimana akhir cerita ini?
Barangkali mudah ditebak bahwa Elizabeth menerima lamaran yang diajukan Darcy
kembali. Dan Jane serta Bingley akhirnya menikah.
Jane Austen si penulis buku ini
menceritakan kehidupan masyarakat Eropa di sekitaran tahun 1813. Saat itu
banyak masyarakat memiliki pola jalan instan demi meningkatkan status sosial
mereka. Kebodohan dan sempitnya cara berpikir membuat mereka tak lagi segan
melakukan keculasan. Kaum wanita bertingkah liar, memamerkan kegenitan dan
kecantikannya untuk memikat lelaki kaya. Para lelaki mendekati perempuan kaya
untuk mengeruk harta mereka.
Membaca buku ini melemparkan saya kepada
kenyataan yang sedang terjadi di negeri tercinta ini. Setiap saat saya membaca
berita tentang gadis-gadis muda, cantik, dan ceria yang memasrahkan tubuh
mereka ke pelukan laki-laki kaya demi meningkatkan status sosial mereka di
masyarakat atau demi beberapa rupiah. Hal ini sangat disayangkan, hanya karena
status sosial mereka telah melakukan tindakan pengrusakan moral. Dan apabila
ini tidak segera di selesaikan maka, negara ini akan rusak dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar