ASAL MULA PENAMAAN KOTA
PELAIHARI
Terbentang hamparan sawah yang indah, beberapa ternak
sapi turut menghiasi padang rumput,hanya ada sekelompok petani yang tinggal di desa
ini. Sampai akhirnya keberadaan desa ini diketahui oleh para pejuang
kemerdekaan.
Boejasin : “Aku mendengar ada suatu desa yang
aman untuk para keluarga kita untuk menetap tinggal, sementara kita berperang
melawan belanda”.
Udin : “Apa kamu yakin sanggup
berpisah lama dengan keluargamu ?”.
Boejasin : “Memang berat hati ini untuk berpisah
dengan istri dan anak, namun ini harus kita lakukan demi keselamatan mereka”.
Kamal : “Aku setuju dengan
jasin, bagaimana pun juga kita harus menyimpan generasi muda untuk melanjutkan
perjuangan kita”.
Udin : “Dimana kau akan menyembunyikan
anak dan istrimu jasin ?”.
Boejasin : “Terdapat suatu desa yang belum
diketahui oleh belanda, disana hanya ada sekelompok kecil para petani dan
peternak sapi”.
Kamal : “Jasin, aku rasa aku harus melihat
dengan mata kepalaku sendiri tentang desa yang tersembunyi itu, bisakah kita ke
sana?”
Udin : “Aku juga ingin
ikut melihat desa tersembunyi itu, bagaimana kalau besok saja kita berangkatnya
?”
Boejasin : “Baiklah, aku akan membawa kalian
untuk melihat desa tersembunyi itu”
Keesokan paginya, ketiga sahabat ini berangkat menuju
desa tersembunyi yang di ceritakan oleh
Boejasin. Dalam waktu lima hari akhirnya mereka tiba di desa tersebut.
Kamal : “Udaranya sejuk sekali disini !”
Udin : “Memang mantap pilihanmu jasin,
kapan istri dan anak-anak kita bisa pindah kesini?”
Boejasin : “Aku akan bicara pada mereka semua,
semoga mereka bisa menerima istri dan anak-anak kita nantinya”
Boejasin mengajak seluruh petani dan peternak untuk
bermusyawarah membicarakan tentang tujuan para pejuang untuk menyembunyikan istri
dan anak-anaknya di desa ini.
Boejasin : “Terima kasih, bapak-bapak, ibu-ibu
dan adik adik sekalian, karena mau berhadir pada musyawarah kali ini, saya dan
teman teman pejuang lainnya mempunyai keinginan agar istri dan anak-anak kami
dapat tinggal di desa ini. Apakah kalian bersedia menerima mereka ?”
Warga 1 : “bukankah ini desa kami, mengapa
kalian ingin menjajah kami yang rakyat kecil ini ?”
Kepala Desa : “ Apa yang akan kalian berikan pada desa
kami yang kecil dan melarat ini, dengan datangnya para istri dan anak-anak
kalian?”
Boejasin : “Kami bukanlah penjajah, kami juga
rakyat Indonesia sama seperti kalian, kami adalah pejuang kemerdekaan, namun
kami mengalami kesulitan saat dalam peperangan melawa belanda, karena kami membawa
istri dan anak-anak maka gerakan secara sembunyi-sembunyi akhirnya tidak bia di
lakukan. Oleh karena itu, kami ingin menitipkan istri dan anak-anak kami di
desa kalian, sementara kami berperang”
Kepala Desa : “Apa yang akan kalian berikan kepada desa kami,
kalau kami setuju ?”
Boejasin : “Kami akan mengajari kalian bertani
dan beternak dengan benar, kami akan mengajari anak-anak kalian membaca dan
menulis agar kelak mereka menjadi anak-anak yang pandai, sehingga bisa
meneruskan perjuangan kita kelak”
Warga 1 : “Kami akan bermusyawarah dulu, besok
pagi akan kami beritahu hasil keputusannya, kalian bisa tinggal di rumah eman
untuk sementara waktu”
Eman : “Mari saya antar ke rumah saya,
agar bapak-bapak dapat istirahat dulu”
Setibanya di rumah Eman, Boejasin dan kawan-kawan
beristirahat di sana. Isteri Eman menyuguhkan makan malam yang lezat.
Boejasin : “Sungguh lezat makanan ini, isterimu
pandai memasak !”
Eman : “Terima kasih atas pujiannya.”
Udin : “Sungguh beruntung kau memiliki
isteri yang pandai memasak ! ”
Eman : “Sebenarnya saya dan beberapa
warga desa setuju saja kalau tuan tuan menitipkan isteri dan anak-anak di sini,
namun kami juga khawatir kalau kalau belanda akhirnya mengetahui desa kecil
kami, itu saja yang kami takutkan tuan.”
Boejasin : “Kami para pejuang akan membela tanah
air dengan sekuat tenaga, sekalipun harus mengorbankan nyawa, namun yang kami
khawatirkan adalah penerus-penerus bangsa yaitu anak-anak kami, mereka masih
terlalu muda untuk kami bawa berperang, karena alasan itulah kami ingin
menitipkan mereka bersama dengan kalian untuk tinggal di desa ini.”
Eman : “Semoga saja banyak warga yang
setuju dengan maksud baik tuan-tuan sekalian.”
Malam yang hening menyelimuti desa yang tak bernama
tersebut, sementara di pengungsian
isteri isteri dan anak-anak Pejuang sangat resah menunggu keputusan,
akan hidup mereka yang tergantung dari warga desa tersebut.
Eman :
“Bagaimana tidurnya tuan-tuan ?”
Kamal : “ Saya mungkin cukup nyenyak,
namun berbeda halnya dengan Jasin dan Udin, mereka mungkin sedikit gelisah
menanti keputusan warg desa, mungkin karena nasib anak dan isteri mereka di
pertaruhkan.”
Eman : “maaf tuan, apa anda masih
bujangan?”
Kamal : “hahhaa…Ia, mungkin nanti aku bisa
mencari jodoh di desa ini, agar tak sendiri lgi !”
Eman : “Semoga saja tuan.”
Semua warga sudah berkumpul terlebih dahulu dibalai
desa, tak lama terlihat Boejasin dan kawan-kawan tiba di sana.
Kepala Desa : “Setelah melakukan musyawarah dengan semua
warga, maka kami memutuskan agar menerima isteri dan anak-anak para pejuang
untuk tinggal bersama kami di desa yang tak bernama ini, dengan syarat kalian
harus memberikan nama desa ini, kami tak bisa menulis dan membaca sehingga kami
tak pernah bisa mencarikan nama yang tepat untuk desa kami.”
Boejasin : “Saya akan bermusyawarah dengan teman
teman pejuang lainnya, saya akan memberitahukan nama desa ini setelah kami tiba
di desa ini dengan membawa isteri dan anak-anak kami, karena sebentar lagi
telah tiba waktunya untuk kami berperang melawan belanda. Apa kalian tidak keberatan
?”
Kepala Desa : “Kami setuju !”
Keesokan harinya, berangkatlah Boejasin dan
kawan-kawan menuju pengungsian dimana isteri dan anak-anaknya tinggal. Mereka
sangat gembira tatkala membawa kabar baik untuk keluarga mereka. Setibanya
disana mereka langsung menemui isteri dan anak anaknya masing-masing. sementara
Boejasin menghampiri anak dari sabahatnya
Ari, anak anak itu bernama tanah
dan laut.
Boejasin : “Bagaimana kabarmu ?”
Tanah : “baik, apakah kami akan pindah
dari pengungsian ? paman”
Boejasin : “Tentu, kalian akan bersembunyi di
sebuah desa yang aman”
Laut : “Apakah jauh tempatnya ?”
Boejasin : “memang cukup jauh, namun Paman harap
kalian nanti bisa menjaga diri di desa tersebut, kalian harus akur dan saling
membantu dalam segala kesulitan.”
Tanah : “Aku akan selalu melindungi adik
Laut Paman !”
Laut : “Aku pun akan selalu menolong
kaka Tanah.”
Tanah : “Berarti kami ini seorang
pelarian nantinya, menetap di desa orang lain”
Boejasin : “kita satu nusa dan bangsa, mengapa
mengatakan bahwa kamu seorang pelarian ? mereka akan menerima kalian dengan
hangat di desa itu nantinya.”
Boejasin terpikir akan nama untuk sebuah desa yang
akan ditinggali isteri dan anak-anaknya, “Pelari” merupakan nama yang cocok
untuk suatu wilayah pelarian bagi keluargaku gumamnya. Ia mendiskusikan nama ni
dengan teman temannya.
Boejasin :
“Kita harus menepati janji kita pada warga desa, kalian masih ingat ?”
Udin :
“Namun aku tidak memiliki ide tentang penamaan desa tersebut”
Boejasin :
“Kita beri nama, PELARI ?”
Udin :
“PELARI ?, terdengar asing namun cukup menarik, aku setuju saya Jasin”
Kamal29 :
“Aku setuju, karena desa itu merupakan desa pelarian bagi keluarga kita.”
Rombongan pelarian itu akhirnya berangkat menuju desa
tersebut, setibanya di sana, Boejasin menemui kepala desa dan bicara tentang
penamaan desa tersebut.
Boejasin : “Kami telah sepakat bahwa nama desa
ini PELARI.”
Kepala desa : “apaa ??”
Boejasin : “PELARI”
Kepala desa : “Apaa ?? aku masih belum bisa menyebutkan
nama desa ini.”
Boejasin :”P-E-L-A-R-I”
Kepala desa : “Pelaihari ?”
Karena kesalahan kepala desa ketika menyebutkan nama
yang semula pelari menjadi pelaihari. Sesungguhnya yang memberikan nama pada
desa itu adalah kepala desanya sendiri namun kepala desa tersebut tidak
diketahui namanya sampai sekarang, ini masih menjadi pertanyaan besar sampai
sekarang. Sejak saat itulah desa itu bernama Pelaihari. Dengan berjalannya
waktu Desa tersebut sudah mulai tergolong maju, warga desa sudah bisa membaca
dan menulis sejak kedatangan para isteri dan anak-anak pejuang, desa yang
mulanya kecil akhirnya berubah menjadi sebuah kota yang bernama pelaihari.
Sedangkan nama kabupatennya Bernama Tanah Laut, karena kedua anak tersebut (Tanah
dan Laut)telah memberikan ide untuk penamaan desa pelaihari, dan wilayah
geografis kabupaten ini adalah berupa tanah dan laut sehingga pantaslah nama
ini diberikan. Sedangkan nama Boejasin sekarang dipakai untuk penamaan Rumah
Sakit Umum H. Boejasin yang berletak di kota Pelaihari.
catatan : Naskah ini hanya rekaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar