Kamis, 05 November 2015

Naskah drama "ASAL MULA PENAMAAN KOTA PELAIHARI"



ASAL MULA PENAMAAN KOTA PELAIHARI
Terbentang hamparan sawah yang indah, beberapa ternak sapi turut menghiasi padang rumput,hanya ada sekelompok petani yang tinggal di desa ini. Sampai akhirnya keberadaan desa ini diketahui oleh para pejuang kemerdekaan.
Boejasin        : “Aku mendengar ada suatu desa yang aman untuk para keluarga kita untuk menetap tinggal, sementara kita berperang melawan belanda”.
Udin               : “Apa kamu yakin sanggup berpisah lama dengan keluargamu ?”.
Boejasin        : “Memang berat hati ini untuk berpisah dengan istri dan anak, namun ini harus kita lakukan demi keselamatan mereka”.
Kamal                         : “Aku setuju dengan jasin, bagaimana pun juga kita harus menyimpan generasi muda untuk melanjutkan perjuangan kita”.
Udin               : “Dimana kau akan menyembunyikan anak dan istrimu jasin ?”.
Boejasin        : “Terdapat suatu desa yang belum diketahui oleh belanda, disana hanya ada sekelompok kecil para petani dan peternak sapi”.
Kamal            : “Jasin, aku rasa aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri tentang desa yang tersembunyi itu, bisakah kita ke sana?”
Udin                           : “Aku juga ingin ikut melihat desa tersembunyi itu, bagaimana kalau besok saja kita berangkatnya ?”
Boejasin        : “Baiklah, aku akan membawa kalian untuk melihat desa tersembunyi itu”

Keesokan paginya, ketiga sahabat ini berangkat menuju desa tersembunyi  yang di ceritakan oleh Boejasin. Dalam waktu lima hari akhirnya mereka tiba di desa tersebut.
Kamal            : “Udaranya sejuk sekali disini !”
Udin               : “Memang mantap pilihanmu jasin, kapan istri dan anak-anak kita bisa pindah kesini?”
Boejasin        : “Aku akan bicara pada mereka semua, semoga mereka bisa menerima istri dan anak-anak kita nantinya”
Boejasin mengajak seluruh petani dan peternak untuk bermusyawarah membicarakan tentang tujuan para pejuang untuk menyembunyikan istri dan anak-anaknya di desa ini.
Boejasin        : “Terima kasih, bapak-bapak, ibu-ibu dan adik adik sekalian, karena mau berhadir pada musyawarah kali ini, saya dan teman teman pejuang lainnya mempunyai keinginan agar istri dan anak-anak kami dapat tinggal di desa ini. Apakah kalian bersedia menerima mereka ?”
Warga 1         : “bukankah ini desa kami, mengapa kalian ingin menjajah kami yang rakyat kecil ini ?”
Kepala Desa  : “ Apa yang akan kalian berikan pada desa kami yang kecil dan melarat ini, dengan datangnya para istri dan anak-anak kalian?”
Boejasin        : “Kami bukanlah penjajah, kami juga rakyat Indonesia sama seperti kalian, kami adalah pejuang kemerdekaan, namun kami mengalami kesulitan saat dalam peperangan melawa belanda, karena kami membawa istri dan anak-anak maka gerakan secara sembunyi-sembunyi akhirnya tidak bia di lakukan. Oleh karena itu, kami ingin menitipkan istri dan anak-anak kami di desa kalian, sementara kami berperang”
Kepala Desa  : “Apa yang akan kalian berikan kepada desa kami, kalau kami setuju ?”
Boejasin        : “Kami akan mengajari kalian bertani dan beternak dengan benar, kami akan mengajari anak-anak kalian membaca dan menulis agar kelak mereka menjadi anak-anak yang pandai, sehingga bisa meneruskan perjuangan kita kelak”
Warga 1         : “Kami akan bermusyawarah dulu, besok pagi akan kami beritahu hasil keputusannya, kalian bisa tinggal di rumah eman untuk sementara waktu”
Eman              : “Mari saya antar ke rumah saya, agar bapak-bapak dapat istirahat dulu”
Setibanya di rumah Eman, Boejasin dan kawan-kawan beristirahat di sana. Isteri Eman menyuguhkan makan malam yang lezat.
Boejasin        : “Sungguh lezat makanan ini, isterimu pandai memasak !”
Eman              : “Terima kasih atas pujiannya.”
Udin               : “Sungguh beruntung kau memiliki isteri yang pandai memasak ! ”
Eman              : “Sebenarnya saya dan beberapa warga desa setuju saja kalau tuan tuan menitipkan isteri dan anak-anak di sini, namun kami juga khawatir kalau kalau belanda akhirnya mengetahui desa kecil kami, itu saja yang kami takutkan tuan.”
Boejasin        : “Kami para pejuang akan membela tanah air dengan sekuat tenaga, sekalipun harus mengorbankan nyawa, namun yang kami khawatirkan adalah penerus-penerus bangsa yaitu anak-anak kami, mereka masih terlalu muda untuk kami bawa berperang, karena alasan itulah kami ingin menitipkan mereka bersama dengan kalian untuk tinggal di desa ini.”
Eman              : “Semoga saja banyak warga yang setuju dengan maksud baik tuan-tuan sekalian.”
Malam yang hening menyelimuti desa yang tak bernama tersebut, sementara di pengungsian  isteri isteri dan anak-anak Pejuang sangat resah menunggu keputusan, akan hidup mereka yang tergantung dari warga desa tersebut.
 Eman             : “Bagaimana tidurnya tuan-tuan ?”
Kamal            : “ Saya mungkin cukup nyenyak, namun berbeda halnya dengan Jasin dan Udin, mereka mungkin sedikit gelisah menanti keputusan warg desa, mungkin karena nasib anak dan isteri mereka di pertaruhkan.”
Eman              : “maaf tuan, apa anda masih bujangan?”
Kamal            : “hahhaa…Ia, mungkin nanti aku bisa mencari jodoh di desa ini, agar tak sendiri lgi !”
Eman              : “Semoga saja tuan.”
Semua warga sudah berkumpul terlebih dahulu dibalai desa, tak lama terlihat Boejasin dan kawan-kawan tiba di sana.
Kepala Desa  : “Setelah melakukan musyawarah dengan semua warga, maka kami memutuskan agar menerima isteri dan anak-anak para pejuang untuk tinggal bersama kami di desa yang tak bernama ini, dengan syarat kalian harus memberikan nama desa ini, kami tak bisa menulis dan membaca sehingga kami tak pernah bisa mencarikan nama yang tepat untuk desa kami.”
Boejasin        : “Saya akan bermusyawarah dengan teman teman pejuang lainnya, saya akan memberitahukan nama desa ini setelah kami tiba di desa ini dengan membawa isteri dan anak-anak kami, karena sebentar lagi telah tiba waktunya untuk kami berperang melawan belanda. Apa kalian tidak keberatan ?”
Kepala Desa  : “Kami setuju !”
Keesokan harinya, berangkatlah Boejasin dan kawan-kawan menuju pengungsian dimana isteri dan anak-anaknya tinggal. Mereka sangat gembira tatkala membawa kabar baik untuk keluarga mereka. Setibanya disana mereka langsung menemui isteri dan anak anaknya masing-masing. sementara Boejasin menghampiri anak dari sabahatnya  Ari, anak anak itu  bernama tanah dan laut.
Boejasin        : “Bagaimana kabarmu ?”
Tanah             : “baik, apakah kami akan pindah dari pengungsian ? paman”
Boejasin        : “Tentu, kalian akan bersembunyi di sebuah desa yang aman”
Laut                : “Apakah jauh tempatnya ?”
Boejasin        : “memang cukup jauh, namun Paman harap kalian nanti bisa menjaga diri di desa tersebut, kalian harus akur dan saling membantu dalam segala kesulitan.”
Tanah             : “Aku akan selalu melindungi adik Laut Paman !”
Laut                : “Aku pun akan selalu menolong kaka Tanah.”
Tanah             : “Berarti kami ini seorang pelarian nantinya, menetap di desa orang lain”
Boejasin        : “kita satu nusa dan bangsa, mengapa mengatakan bahwa kamu seorang pelarian ? mereka akan menerima kalian dengan hangat di desa itu nantinya.”
Boejasin terpikir akan nama untuk sebuah desa yang akan ditinggali isteri dan anak-anaknya, “Pelari” merupakan nama yang cocok untuk suatu wilayah pelarian bagi keluargaku gumamnya. Ia mendiskusikan nama ni dengan teman temannya.
Boejasin         : “Kita harus menepati janji kita pada warga desa, kalian masih ingat ?”
Udin               : “Namun aku tidak memiliki ide tentang penamaan desa tersebut”
Boejasin         : “Kita beri nama, PELARI ?”
Udin               : “PELARI ?, terdengar asing namun cukup menarik, aku setuju saya Jasin”
Kamal29                    : “Aku setuju, karena desa itu merupakan desa pelarian bagi keluarga kita.”
Rombongan pelarian itu akhirnya berangkat menuju desa tersebut, setibanya di sana, Boejasin menemui kepala desa dan bicara tentang penamaan desa tersebut.
Boejasin        : “Kami telah sepakat bahwa nama desa ini PELARI.”
Kepala desa  : “apaa ??”
Boejasin        : “PELARI”
Kepala desa  : “Apaa ?? aku masih belum bisa menyebutkan nama desa ini.”
Boejasin        :”P-E-L-A-R-I”
Kepala desa  : “Pelaihari ?”
Karena kesalahan kepala desa ketika menyebutkan nama yang semula pelari menjadi pelaihari. Sesungguhnya yang memberikan nama pada desa itu adalah kepala desanya sendiri namun kepala desa tersebut tidak diketahui namanya sampai sekarang, ini masih menjadi pertanyaan besar sampai sekarang. Sejak saat itulah desa itu bernama Pelaihari. Dengan berjalannya waktu Desa tersebut sudah mulai tergolong maju, warga desa sudah bisa membaca dan menulis sejak kedatangan para isteri dan anak-anak pejuang, desa yang mulanya kecil akhirnya berubah menjadi sebuah kota yang bernama pelaihari. Sedangkan nama kabupatennya Bernama Tanah Laut, karena kedua anak tersebut (Tanah dan Laut)telah memberikan ide untuk penamaan desa pelaihari, dan wilayah geografis kabupaten ini adalah berupa tanah dan laut sehingga pantaslah nama ini diberikan. Sedangkan nama Boejasin sekarang dipakai untuk penamaan Rumah Sakit Umum H. Boejasin yang berletak di kota Pelaihari.

catatan : Naskah ini hanya rekaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar